Nama
: Laila
Nihayati
NIM
: 1110032100071
BAB
2
Riwayat Hidup
Lao-Tze dan Kitab Suci Agama Tao
- Lao-Tze, Sejarah Hidup dan Gagasannya
Pakar sejarah Huston
Smith menjelaskan, bahwa Taoisme yang ada di Cina termasuk agama
terbesar kedua dari agama Buddha, muncul dari seorang pemikir yang
bernama Lao-Tze. Beliau lahir di negeri Cina pada tahun 640 SM. Tidak
diketahui di desa dan kabupaten mana di Cina dia lahir. Bahkan para
sarjana juga tidak menjelaskan kapan dia meninggal dunia dan di mana
dia dikuburkan. Dikatakan bahwa dia juga mempunyai orang tua, tapi
juga tidak dapat diketahui siapa nama kedua orang tuanya.
Dapat dikatakan
bahwa Lao-Tze memang benar-benar ada dan hidup pada tahun 640 SM.
Tapi, karena tidak banyak orang yang berjumpa dengannya, maka banyak
sarjana yang meragukan keberadaanya. Berdasarkan Kitab Tao te-ching
sudah dapat menjelaskan keberadaan Lao-Tze di dunia.
Menurut Huston
Smith, bahwa gambaran mengenai keseluruhan pribadi Lao-Tze didasarkan
pada bukti kecil (Tao te-ching) yang diyakini ditulisnya sendiri
tanpa bantuan orang lain. Ada juga sebagian orang menganggap bahwa
buku kecil tersebut adalah bukan ditulis oleh Lao-Tze, tapi orang
yang hidup setelah beliau. Buku tersebut memberitakan bahwasannya
Lao-Tze adalah petapa yang hidup dalam kesepian dan senang
menyindiri. Tetapi dia adalah sosok yang humoris atau orang yang
senang bergaul dan menyenangkan semua orang. Sehingga disimpulkan dia
memiliki dua kepribadian yang berbeda. Sehubungan dengan dia senang
petapa atau menyendiri, para ahli agama dan filsafat berpendapat
bahwa tokoh Lao-Tze ini memiliki ajaran-ajaran yang mistism atau
tasawuf dalam ajaran Islam yang dipraktekan oleh banyak filosof
muslim di negara Timur Tengah di masa lampau.
Gagasan Lao-Tze
Lao-Tze mempunyai
ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam Tao te-ching, yang mencakup
definisi, khususnya ungkapan-ungkapan kata-kata yang terdapat dalam
Yijing atau Yaking (kitab perubahan), yang menjelaskan teori tentang
Yin dan Yang.
Yin dan Yang adalah
dua aspek yang saling berlawanan dan keduanya sama-sama mempengaruhi
segala aspek kehidupan manusia. Yang bersifat terang, aktif,
laki-laki, panas, kering, dan positif. Sedangkan Yin bersifat gelap,
pasif, perempuan, teduh, basah, dan negatif. Mereka saling
melengkapi, namun hubungan ,ereka adalah berjenjang. Yang dianggap
selalu paling besar daripada Yin, yaitu seperti model di mana
laki-laki selalu mendominasi dalam masyarakat.
Meskipun Yin dan
Yang merupakan dua aspek yang selalu berlawanan, namun jika mereka
bersatu mereka menjadi harmonis. Yin dan Yang saling membutuhkan atau
bergantung antara satu dengan lainnya. Misalnya, tanpa dingin
“dingin”, maka tidak ada konsep “panas”. Yin berada dalam
Yang dan Yang berada dalam Yin.
- Kitab-kitab Suci Agama Tao
Ketika agama-agama
di dunia mudah untuk dopahami oleh pengikutnya dengan melalui
kitab-kitab suci yang dianggap benar pada agama tersebut. Seperti
agama Tao juga memiliki kitab-kitab yang dipandang suci dan dijadikan
oleh penganutnya sebagai acuan dalam berbuat dan bertingkah laku.
Kitab-kitab atau buku-buku yang berhubungan dengan agama Tao mencakup
koleksi-koleksi dari karya-karya yang sangat luar biasa yang
jumlahnya yang tidak terbilang banyaknya. Buku-buku tersebut meliputi
karya-karya yang berhubungan wahyu atau kitab-kitab yang dianggap
wahyu oleh para pengikut agama Tao. Kitab-kitab silsilah mengenai
keturunan raja-raja dan orang-orang penting, dan kitab tentang
simbol-simbol yang terdapat dalam diagram-diagram suci. Buku-buku
yang berkenaan dengan peraturan agama Tao jumlahnya tidak kurang dari
1445 edisi dan terdiri dari 1120 volume. Kitab-kitab dan buku-buku
yang berhubungan dengan agama Tao semakin banyak dikenal masyarakat
setelah dicetak kembali pada tahun 1925.
- Lao-Tze menulis menulis ajaran-ajarannya dalam 5000 kata-kata yang terbagi 81 syair pendek, yang kemudian syair-syair tersebut disebut dengan Tao te-Ching.
Kitab Tao te-Ching
tersebut merupakan pemikiran dari Lao-Tze yang dijadikan buku pedoman
moral dan etika bagi banyak orang. Sebagaian orang atau para ahli ada
yang mengaggap bahwa ada kemungkinan Lao-Tze merupakan tokoh mitologi
yang sangat unik yang tidak pernah dijumpai aleh kebanyakan orang di
dunia ini. Karena kisah-kisah seputar dia sangat unik yang tidak
pernah dijumpai oleh kebanyakan orang di dunia ini.
Kemungkinan-kemungkinan seperti ini juga sulit untuk dibuktikan,
karena kesulitan untuk menemukan data untuk membuktikan hal tersebut.
- Chuang Tzu atau Zhuangzi, dianggap oleh para ahli sebagai kedua karya terbesar dari filsafat Taoisme. Kitab ini diberi nama oleh pengarangnya pada abad ke-4 SM. Kitab Zhuangzi berbicara tentang keabadian dan kekekalan hidup kesempurnaan individu atau orang-orang yang hidup.
Pemikiran Zhuangzi
yang tertuang dalam kitabnya (yang juga disebut Zhuangzi atau
Chuang-zhu) ditulis dalam tujuh bab, sedangkan pemikiran yang lain
ditulis sebanyak dua puluh enam bab.
- Karya filsafat terbesar selanjutnya adalah Huainanzhi (guru Huainan) dan Lei Zhi (kira-kira ditulis pada abad ke-4 SM). Kitab Huainanzhi menjelaskan bagaimana waktu, alam dan tindakan manusia atau dengan lainnya dapat saling berhubungan, ketergantungan, sehingga sulit untuk dipisahkan diantara mereka.
- Kitab Liezi atau Lieh-tzu, juga dianggap sebagai kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat. Kitab ini berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 SM-300 M). Dalam karya aslinya, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian dipadatkan lagi menjadi 8 bagian seperti yang dapat dijumpai saat ini. Ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab ini dianggap hanya untuk memahami agama Tao pada masa negeri-negeri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han.
- Kitab Bao Puzi (guru yang berpenampilan sederhana) oleh Ge Hong, yang ditulis pada tahun 230 M. Karya ini difokuskan untuk menjelaskan tentang waktu-waktu dan tempat-tempat untuk melakukan ibadah atau meditasi. Kitab Bao Puzi dibagi dalam dua bagian atau bab, yaitu bab pertama adalah bab “bagian dalam”, yaitu bab yang dikhususkan untuk kalangan tokoh-tokoh Tao tertentu saja. Dan kedua adalah baba “bagian luar”, yaitu bab-bab yang menjelaskan tentang etika konfisius.
BAB
3
Riwayat Hidup Lao-Tze dan Kitab Suci Agama Tao
Riwayat Hidup Lao-Tze dan Kitab Suci Agama Tao
pemikiran masyarakat
Cina adalah kepercayaan pada alam semesta yang kosmis yang tunggal,
satu ketunggalan yang tanpa awal dan tanpa akhir. Dunia pada awalnya
adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut juga Wu Chi.
Sebelumnya pada materi awal kami membahas pengertian Tao yang
sebenarnya tidak terdefinisikan, namun bisa kami gambarkan dengan
pengertian: Tao sebagai Agama, Tao sebagai Jalan, dan Tao sebagai
Filsafat.
pengertian
Tao melalui filsafat Yin Yang, yang pada hakekatnya Yin Yang ini
adalah manifestasi Tao yang berbentuk nyata.
Yin: kegelapan,
kejahatan, pasif, wanita, dan sebagainya
Yang: cahaya terang,
kebaikan, positif, pria, dan sebagainya
Taoisme memberikan
arti kepada Yin dan Yang sebagai suatu yang bersifat kontradiktif
(berlawanan), namun tidak bertentangan antara keduanya, misalnya baik
dan buruk, aktif dan pasif, positif dan negatif, terang dan gelap,
musim kering dan musim hujan, kaum pria dan kaum wanita, dan
sebagainya.
Yin dan Yang itu
mengandung nilai baik bilamana masing-masing berjalan pada tempatnya.
Yin dan Yang menghasilkan suatu keseimbangan dinamis antara daya
gerak dan sikap diam, antara keaktifan dan kepasifan, sehingga titik
keseimbangan kembali ke pusatnya.Yin dan Yang mewakili dua kekuatan
mendasar yang membuat dan menyelaraskan semesta.
Memahami
sesuatu untuk bisa disebut ketika sesuatu itu ada negasinya, kita
tidak bisa memahami suatu keburukan bila sesuatu yang baik itu tidak
pernah hadir, kita tidak pernah bisa memahami ketinggian bilamana
sesuatu yang pendek itu hadir, kita tidak akan bisa menyebut kaum
wanita bila tidak ada kaum laki-laki, dan seterusnya.
Yin
Yang juga sebagai dasar untuk memahami praktik Feng Shui karena
dengan memahaminya seorang ahli Feng Shui dapat mengupayakan
keseimbangan agar keharmonisan antara manusia dengan alam, dapat
mewujudkan alam yang teratur, dapat menjadi perantara antara manusia
dengan roh-roh, dewa-dewa, dan roh-roh leluhur tersebut dan
keturunannya.
Konsep Yin dan Yang,
juga berpengaruh dalam member arti pada Dao. Dalam pengertian ini,
Dao diartikan sebagai satu Yin dan satu Yang. Dao berarti adalah
keseimbangan sempurna, karena telah mengandung Yin dan Yang.
Dengan
kesempurnaannya, Dao merupakan standar bagi seluruh alam ini.
Dao menghasilkan
ketunggalan (Yin dan Yang). Dari ketunggalan dihasilkan dwitunggal,
yaitu langit dan bumi, dari dwitunggal ini dihasilkan tritunggal
yaitu manusia, untuk kemudian menghasilkan segala benda. Oleh karena
itu dapat dikatakan: standar manusia adalah bumi, standar bumi adalah
langit, standar langit adalah Dao, dan standar Dao adalah KEALAMIAN.
PAKUA
BAB 4
WU WEI DALAM AGAMA
TAO
Konsep Wu wei
Dalam agama Tao
seringkali ditemukan konsep Wu Wei, secara bahasa“Wu”
artinya“Tidak” dan“Wei” artinya“do”
atau“Action”. Jadi dapat dikatakan bahwaWu Wei
adalah No Action, artinya seseorang dalam kehidupan
sehari-hari harus selalu bertindak atau berbuat tanpa dibuat-buat.
Lao Tze sendiri mengatakan bahwa Wu Wei sangatlah penting dalam
kehidupan manusia, salah satu ayat dalam kitab Tao Te Ching telah
dikatakan : “Bertindak tanpa aksi, dan berbuat tanpa gaduh”
artinya bertindaklah sesuai apa yang harus dibuat jangan
melebih-lebih kantindakan.
Konsep Wu Wei ini
bukanlah samasekali menyuruh orang untuk tidak bertindak satu halpun
dalam kehidupannya, akan tetapi menekankan bahwa No Action disini
diartikan berbuat yang selaras dengan alam (tidak menyalahi hukum
alam). Jangan sampai seseorang itu bertindak melawan arus, namun
bertindaklah mengikuti aliran air.
Mengapa harus sesuai
denga alam..? hal ini tidak luput dari filsafat Yin Yang dimana dalam
filsafat Yin Yang segala sesuatu itu memiliki pasangan dan saling
memiliki koherensi juga titik temu yang pada akhirnya seseorang dapat
memahami bahwa dibalik itu semua ada yang disebut dengan Tao (Inti
dari segala sesuatu).
Filsafat Wu Wei
Filsafat Wu Wei
merupakan konsekuensi dari Tao itu sendiri, dimana segala sesuatu
akan berjalan sesuai dengan garis edarnya sendiri. Seperti halnya
manusia hidup setelah itu mati, siang bergantim alam, air hujan jatuh
kebawah. Artinya hukum alam akan selalu abadi dan tidak akan pernah
menyalahi, berbeda halnya dengan adanya intervensi dari manusia
seperti halnya air mengalir dari dataran rendah kedataran tinggi
dengan menggunakan alat modern (menyalahi hukum alam). Dengan
demikian Filsafat Wu Wei mengajarkan Tanpa usaha manusia atau
intervensi manusia pun peristiwa yang seharusnya terjadi akan terjadi
begitu saja karena didasarkan pada keselarasan hukum alam, dengan
kata lain jika kita akan menyelesaikan hal apapun dalam hidup ini,
maka jalan terbaik adalah menyatukan diri dengan alam.
Prinsip No
Action tergantung pada keyakinan seseorang yang mendalam
terhadap naluri alam. Ketika keyakinan itu berkembang maka seseorang
dapat memaksimalkan potensi dirinya sesuai dengan keselarasan alam
tanpa ada paksaan. Karena segala sesuatu yang dilaksanakan
berdasarkan keterpaksaan, maka hasilnya tidak memuaskan. Karena dalam
sudut pandang Wu Wei sikap pemaksaan atau memaksakan adalah salah
satu bentuk kontradiktif dengan hukum-hukum alam.
Wu Wei
DalamPemerintahan
Wu
Wei tidaklah sempit yang hanya mengayomi aspek sosial saja namun Wu
Wei juga di terapkan dalam sistem pemerintahan, karena bidang ini
sangatlah berhubungan dengan sistem pemerintahan raja-raja dahulu
dalam konteks kekaisaran. Hal ini diambil dari ajaran Tao,
karena tao menilai bahwa semakin banyak peraturan maka semakin banyak
pula permasalahan. Ketika dihubungkan dengan pemerintahan, jikalau
pemerintah mencampuri urusan rakyatnya, bukan berarti akan
menyelesaikan masalah, namun yang akan terjadi adalah menimbulkan
masalah, karena rakyat merasa terkekang, tercampuri urusannya dan
dibuat sulit oleh pemerintah bahkan mempersulit ruang geraknya. Jika
dibiarkan seperti ini rakyat akan menunjukan taringnya berubah
menjadi kelompok Kontra pemerintah, bahkan dapat menjadi Agresor yang
luar biasa bagi pemerintah. Oleh karena itu Lao Tze menyarankan
kepada pemerintah yang bijak untuk tidak mencampuri urusan rakyatnya,
biarlah rakyat berjalan dengan sendirinya dan menentukan nasibnya
dengan jalan Wu Wei. Dengan Wu Wei Rakyat tidak akan bringas terhadap
pemerintah, mereka akan hidup damai tentram dan juga harmoni karena
selalu menyelaraskan dengan hukum alam. hal ini lah yang ditekankan
dalam konsep Wu Wei dalam sudut pandang pemerintahan.
BAB
5
Konsep Wu Wei
dalam Agama Tao
Wu Wei dapat di
artikan “tanpa berbuat”, “dapat bertindak” atau sarjana barat
dapat mengartikannya dengan istilah “no action”. Dalam konsep
Tao, Wu Wei bukanlah hanya sekedar sebutan dan hanya di fahami diri
manusia, tapi harus digunakan dalam kehidupoan sehari-hari. Konsep
ini yang unik untuk seseorang memperoleh keberhasilan dalam sebuah
tindakan yang dilakukan dalam hidup ini, baik berupa bekerja, dan
saja yang dianggap tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan cara
yang cukup menarik perhatian orang banyakdan penasaran untuk ingin
mencoba prakteknya.
Filsafat Wu Wei
Wu Wei merupakan
konsekuensi logis filsafat tao. Segala sesuatu berjalan sesuai garis
edarnya. Hidup ini tumbuh dan berkembang pada jalannya. Manusia
terlahir di dunia, kemudian hidup dan akhirnya mati.
Prinsip tanpa
tindakan tergantung pada keyakinan yang mendalam terhadap naluri
alam. Dorongan dan naluri telah ada dalam diri manusia. Jika manusia
membiarkan hal itu berkembang, mereka akan dapat mewujudkan semua
potensi yang ada pada dirinya, manusia dianjurkan untuk menyelaraskan
diri kepada alam dan membiarkan sesuatu bekerja dengan dengan
sendirinya, tanpa ada unsur paksaan.
Wu Wei dalam
Pemerintahan
Prinsip tanpa
tindakan tidak hanya berlaku untuk aspek-aspek tertentu saja, tapi
juga berlaku dalam semua aspek kehidupan manusia selama ini. Banyak
para ahli mengatakan bahwa politik taois dapat disamakan dengan
konsep Eropa laise-faire
yaitu pemerintahan yang paling sedikit memerintah adalah pemerintah
yanga baik dan bijaksana.
Begitu juga dengan
hukum dan undang-undang yang berlaku dalam sutu negara, di usahakan
jangan terlalu banyak pembatasan kepada rakyat, sehingga banyak
menimbulkan banyak persoalan, karena setiap orang memiliki pendapat
yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu persoalan, lao-tse,
chuang tsu, dan lien tsu, sama-sama meyakini bahwa larangan yang
telalu banyak terhadap rakyat dapat menciptakan rakyat menjadi
memberontak akibat ketidaksetujuan dan menimbulkan kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar